|
Haiii para rakyat dunia maya.. Apa kabar kawan... Di pagi yang indah ini gua mau ciao
ke tempat nenek gua wkwk (so what??). Tapi sebelum itu gua mau berbagi
sebuah cerpen karangan gua di kala Bu Enong guru Bahasa Indonesia gua
memberikan tugas membuat cerpen. Cerpennya gua bingung tadinya mau tema
apa dan untungnya Bu Enong memberikan pilihan tema percintaan yang
tentunya dengan segala kecacatan dan kegalauan gua terciptalah cerpen
ini. Semoga suka yaaa luamayan buat hiburan pagi buta gini. Maaf ya kalo
jelek hahaha buat yang pacaran selamat bersenang-senang sama pacarnya.
Buat yang jomblo dan ada urusan selamat melaksanakan aktivitasnya. Dan
buat jomblo yang gak ngapa-nagapain..hmm itu sih urusanlo wakakakak...
Byeeee...
Salam Hangat…
-AjipSangAnakTunggalSelaluCintaKamuuu
Sepucuk Surat
Sepeda ontel itu biasa terparkir di sana. Biasanya ia
datang lebih awal untuk melihat sedan merah nan indah melambai. Bukan sembarang
sedan merah, namun ia menunggu kaca dibuka agar ia dapat melihat pujaan hatinya
datang.
Bono panggilannya seorang anak yatim piatu kelas dua
SMA yang cukup pandai di kelasnya serta merupakan sosok yang sederhana. Ia
dikenal periang dan ramah oleh teman-temannya. Meskipun begitu, ia memiliki
masalah yang umum dimiliki setiap remaja seusianya yaitu masalah percintaan.
Bono memang seorang yang sulit untuk menyatakan cinta.
Ketika sudah di depan gadis yang disukainya bibirnya bergoyang naik-turun
gemetaran bagaikan vibrator telepon
genggam. Tentu Bono tidak sendirian saja meratapi nasibnya. Ia sering bercerita
mengenai gadis yang disukainya kepada teman dekatnya yang bernama Arbi. Arbi
sudah bagaikan saudara kandung dengan Bono. Setelah ayah dan ibu Bono meninggal
tiga tahun lalu karena kecelakaan bis, Ayah Arbi yang merupakan teman dekat
Ayah Bono memutuskan untuk merawat Bono. Bak titisan Mario Teguh, Arbi selalu
memberikan dukungan dan semangat agar muncul keberanian dan kelancaran dalam
hal gerak bibir kepada Bono. Namun kesulitan Bono bukan tanpa alasan. Tetapi
karena merasa minder dengan anak-anak lainnya yang lebih mapan disebabkan
rata-rata anak di sekolahnya membawa mobil atau motor sedangkan dirinya hanya
membawa sepeda ontel peninggalan ayahnya.
Soraya, seorang anak
kelas dua SMA yang terkenal
sebagai primadona sekolah karena kecantikan serta keramahannya kepada siapa
saja. Dia juga terkenal sebagai anak yang kaya. Setiap hari ia diantarjemput
dengan Sedan Mercy berwarna merah seri terbaru. Sudah sejak lama Bono menyukai
Soraya. Namun Bono merasa rendah diri untuk mengungkapkan isi hatinya. Bono
hanya mampu memperhatikan Soraya dari kejauhan seperti halnya saat upacara
sekolah. Saat matahari pagi menyingsing, kerlingan bola mata indah menghiasi
pagi hari. Di kerumunan anak-anak yang berbaris, sepasang bola mata lain
mencari-cari sembari mengintip. Ketika siluet kerlingan mata itu bertemu, Bono
merasakan keindahan yang luar biasa. Tak hanya Bono, ternyata Soraya pun selalu
menantikan saat-saat itu.
Suatu
ketika Arbi yang kesal karena selalu
‘dicurhati’ oleh Bono tentang Soraya, memaksa Bono untuk berbicara dengan
Soraya. Bono hanya dapat pasrah berkeringat dingin memikirkan apa yang akan
terjadi. Di parkiran, Soraya baru saja melangkah dua kaki dari sedan merahnya.
“Soraya! Kamu
Soraya yang anak kelas dua B itu kan?”
tanya Arbi.
“ Iya betul,
kalian siapa ya? Ada apa nih pagi-pagi?”
jawab Soraya.
“Saya Arbi,
sebenarnya engga ada apa-apa kok. Cuma ada temen saya nih mau kenalan sama
kamu.” saut Arbi.
“A..a..apaan..sih
Arbi! Aduh maaf ya Sor...sor..Sorayaa! Temen saya yang satu ini memang
suka gak jelas
banget! Ma..ma..maafin yaa..” tutur Bono
dengan bibir gagap naik turun.
“Hahaha, kalian
ini pada ngomong apaan sih. Aku udah tau kok kamu Arbi dan kamu Bono
kan.. Yaudah
aku ke kelas dulu ya sebentar lagi bel nih.”
jawab Soraya.
“Oh.. Iya-iya
silahkan Soraya..” pungkas Bono dengan
senyum.
Soraya pun
kembali melangkah menuju kelasnya. Ketika cukup jauh Bono yang masih terus
memperhatikan melihat sepercik senyuman terindah ketiga di dunia selain
senyuman ayah dan ibunya. Ya, senyuman Soraya dari kejauhan masih terlihat
begitu indahnya. Dalam hati, sebenarnya Bono masih ingin berbicara lebih banyak
lagi namun maksud hati tak sampai.
“Bebebebbb..bii!!!
Ternyata Soraya kenal aku Bi! Waah seneng aku!”
kata Bono kegirangan.
“Tuh
kan.. Makanya berani dong jadi laki-laki.. Gak rugi kan gue kesel tadi?” tanya Arbi.
“Hehehe
iya iya Bi.. Emang lo temen paling top deh.. Yaudah masuk yuk udah bel tuh.”
jawab
Bono.
Mereka pun
masuk kelas seiring bel berbunyi.
Suatu ketika
saat jam istirahat, seperti biasa dua sahabat baik itu menikmati makan siang
bersama di kantin sambil bersahut-sahutan candaan. Tiba-tiba datang Veronica,
ketua kelas Bono.
“Bon..Bon..!
Gawat Bon!” seru Veronica.
“A..a.addduh..
Lo kira gua es bon-bon Ver.. Ada apa sih kok panik gitu?” tanya Bono.
“Tadi
gue dikasih info sama Bu Dini, katanya gacoan lo si Soraya itu kecelakaan
Bon! Tadi pagi
kejadiannya!” seru Veronica yang masih
terus-terusan panik.
“Uhuk!! (Batuk
tersedak) Yang bener lo Ver?? Terus sekarang di mana Sorayanya??
Keadaannya
gimana??” tanya Bono yang akhirnya
ikutan panik.
“Tumben lo Bon
gak gagap.. Servis di mana tuh bibir..”
ledek Arbi.
“Eh Bi jangan
bercanda dong!” saut Bono.
“Udah-udah
kalian malah berantem! Soraya di Rumah Sakit Abadi sekarang masih di ICU gitu
katanya. Pokoknya cari di Ruang Mawar nomor 15 di lantai 4 ya! Gue duluan nih mau kasih tau temen-temen yang
lain!” seru Veronica sembari
meninggalkan Bono dan Arbi.
Mendengar hal
itu tanpa pikir panjang, Bono berlari meninggalkan Arbi. Ia berlari
secepat-cepatnya menuju parkiran. Setibanya di parkiran, Bono merangkul sepeda
ontel miliknya. Tanpa pandang bulu, ditembusnya pagar sekolah yang hanya
setinggi satu meter. Sempat terdengar teriakan satpam sekolah yang hendak menghentikan.
Namun kecepatan Bono saat itu mengalahkan kejaran satpam. Bono bagaikan dipecut
dengan sejuta kesedihan. Bono mengayuh dan terus mengayuh. Tak peduli goresan
otot betis yang mulai terlihat akibat menempuh perjalanan sepuluh kilometer
tanpa henti.
Sesampainya di
rumah sakit, Bono makin tak terkendali. Di bantingnya sepeda ontel miliknya di
tengah-tengah pintu gerbang rumah sakit. Bono terus berlari dan tibalah di
lantai empat. Dengan panik dan tergesa-gesa, dicarinya Ruang Mawar nomor 15.
Bono mencoba tenang namun hal itu makin kehilangan asa ketika dia mendengar
isak tangis keluarga di Ruang Mawar nomor 15.
Bono pun
membuka pintu. Seisi ruangan kaget melihat anak laki-laki yang masuk penuh
keringat bercucuran. Bono pun juga terkaget melihat anak gadis yang cantik
jelita pujaan hatinya terbujur lemas di kasur rumah sakit.
“Bono..
Maafin Soraya ya kalau ada salah sama kamu, sama teman-teman juga..” tangis Ibu
Soraya.
“Huhuhu..
Kk..kook taan..te ngomongnya gi..gi..tu sih huhuhu..” tanya Bono yang ikut
menangis.
“Umur Soraya
sudah tidak lama lagi.. Kata dokter, otot jantung Soraya ada kelainan. Dia
lemah.. Dia
tidak akan mampu bertahan setelah kehilangan banyak darah tadi.” tutur Ibu
Soraya.
Tanpa panjang
lebar Bono langsung menyambar penjelasan Ibu Soraya, “Ambil otot jantung
saya Bu! Saya
sehat kok dan tidak ada riwayat penyakit apapun! Bahkan otot jantung saya
bagus, saya
juara lari di sekolah loh bu!”
“Tidak mungkin
bisalah Nak Bono.. Ibu juga tidak akan mengizinkan, apalagi orangtuamu. Itu
akan
mengorbankan dirimu.. Ibu tidak bisa..”
tangis Ibu Soraya.
“Sebenarnya
saya sudah tidak punya orangtua lagi, Bu. Ayah dan Ibu saya meninggal tiga
tahun lalu.
Sekarang aja saya numpang sama temen saya, Bu. Makanya saya gak sungkan
mau mendonorkan
otot jantung saya. Saya sangat menyayangi Soraya walaupun kami jarang
berbicara.
Namun saya yakin dunia akan ikut menangis apabila Soraya yang saya sayangi ini
pergi..” saut
Bono becerita.
Sore itu pukul
empat sore Arbi baru saja pulang sekolah. Ia menanggalkan tasnya dan hendak
mencari Bono ke rumah sakit. Siapa tahu saja tadi dia berlari cepat dan pergi
lama karena di rumah sakit. Namun ketika Arbi memasuki kamar, sepucuk surat
telah ada di meja belajarnya.
Buat
Arbi:
Arbi! Temen gua yang paling top! Tadi di sekolah
ngapain aja bro? Gimana matematika lo tadi? Pasti dapet jelek hahaha..
Becanda.. Belajar lagi lah ya.. Gua cuma mau ngucapin terima kasih atas semua
yang lo dan orangtua lo kasih ke gua selama hampir dua tahun ini. Gua bisa
makan, tidur, belajar, main, berpakaian yang pantes, pokoknya gak jadi anak
terlantar di pinggiran jalan deh..Tapi yang penting bisa selalu sama sahabat gua
yang satu ini hehe.. Gua mau pamitan nih sori mendadak.Ya lama sih.. Tapi
pokoknya lo jangan kangen sama gua deh..Tapi gak bakal jugalah yaaa kan gua gak
ngangenin hahaha. Yaudah Bi, sampai
ketemu lagi kawan, semoga kita bertemu di lain waktu yang sama
menyenangkannya saat kita bersama.
Salam
hangat
-Bono
Buat Soraya:
Sor..sor..sooo.. Hahaha masa disurat masih gagap ya?
Hai soraya.. Apa kabar nih? Kamu pasti udah sehat kan sekarang? Saya mungkin
terlalu pengecut cuma bisa ngajak kamu ngomong lewat surat ginian doang. Tapi
di sinilah saya akan mencurahkan perasaan saya yang sebenarnya. Dari awal mata
kita bertemu saya udah jatuh hati (cielah..) sama kamu. Inget kan waktu upacara
ada yang ngintipin kamu? Itu saya hehehe.. Saya sebenernya sih ingin berbicara
lebih dan mengenal kamu lebih jauh. Cuma saya minder aja soalnya saya gak
setajir, sekeren dan seganteng cowo-cowo lain. Saya cuma cowo biasa yang
berharap lebih tapi saya sudah menyadari itu kok. Saya cuma mau pamitan sama
kamu. Soalnya saya akan pergi jauh…sekali. Mungkin kita gak akan bertemu dalam
jangka waktu yang sangat lama.Saya minta maaf ya kalo ada salah ke kamu. Kalo
kata orang lain dari mata turun ke hati, kalo kata saya dari mata turun ke
jantung.. Hahaha.. Sampai jumpa Sorayaaa.. Saya bahagia bisa menjadi bagian kecil
dari hidup kamu. Bagian yang akan selalu mengiringi langkahmu. Bersamaan dengan
dentuman detak jantungmu yang berbunyi melalui jantungku. Aku cinta kamu..
Salam
sayang
-Bono
Sore itu
langkah Arbi menuju rumah sakit amat ringan walaupun dengan rintikan air mata.
Arbi merasakan indahnya sore yang cerah dengan langit yang ungu kemerahan
laksana violet abadi yang menggambarkan ketulusan. Arbi pun segera berangkat
dengan menggenggam sepucuk surat dari Bono. Menjemput temannya yang sedang
bahagia di atas sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar