Kamis, 17 Mei 2012

'zzzzzzz'


Oleh      : Bayu Aji Prasetyo
Kelas     : X.1
Mapel   : Bahasa Indonesia
 

Haiii para rakyat dunia maya.. Apa kabar kawan... Di pagi yang indah ini gua mau ciao ke tempat nenek gua wkwk (so what??). Tapi sebelum itu gua mau berbagi sebuah cerpen karangan gua di kala Bu Enong guru Bahasa Indonesia gua memberikan tugas membuat cerpen. Cerpennya gua bingung tadinya mau tema apa dan untungnya Bu Enong memberikan pilihan tema percintaan yang tentunya dengan segala kecacatan dan kegalauan gua terciptalah cerpen ini. Semoga suka yaaa luamayan buat hiburan pagi buta gini. Maaf ya kalo jelek hahaha buat yang pacaran selamat bersenang-senang sama pacarnya. Buat yang jomblo dan ada urusan selamat melaksanakan aktivitasnya. Dan buat jomblo yang gak ngapa-nagapain..hmm itu sih urusanlo wakakakak... Byeeee...
 
Salam Hangat…
-AjipSangAnakTunggalSelaluCintaKamuuu  





Sepucuk Surat

Sepeda ontel itu biasa terparkir di sana. Biasanya ia datang lebih awal untuk melihat sedan merah nan indah melambai. Bukan sembarang sedan merah, namun ia menunggu kaca dibuka agar ia dapat melihat pujaan hatinya datang.
Bono panggilannya seorang anak yatim piatu kelas dua SMA yang cukup pandai di kelasnya serta merupakan sosok yang sederhana. Ia dikenal periang dan ramah oleh teman-temannya. Meskipun begitu, ia memiliki masalah yang umum dimiliki setiap remaja seusianya yaitu masalah percintaan.
Bono memang seorang yang sulit untuk menyatakan cinta. Ketika sudah di depan gadis yang disukainya bibirnya bergoyang naik-turun gemetaran bagaikan vibrator telepon genggam. Tentu Bono tidak sendirian saja meratapi nasibnya. Ia sering bercerita mengenai gadis yang disukainya kepada teman dekatnya yang bernama Arbi. Arbi sudah bagaikan saudara kandung dengan Bono. Setelah ayah dan ibu Bono meninggal tiga tahun lalu karena kecelakaan bis, Ayah Arbi yang merupakan teman dekat Ayah Bono memutuskan untuk merawat Bono. Bak titisan Mario Teguh, Arbi selalu memberikan dukungan dan semangat agar muncul keberanian dan kelancaran dalam hal gerak bibir kepada Bono. Namun kesulitan Bono bukan tanpa alasan. Tetapi karena merasa minder dengan anak-anak lainnya yang lebih mapan disebabkan rata-rata anak di sekolahnya membawa mobil atau motor sedangkan dirinya hanya membawa sepeda ontel peninggalan ayahnya.
Soraya, seorang anak  kelas dua SMA  yang terkenal sebagai primadona sekolah karena kecantikan serta keramahannya kepada siapa saja. Dia juga terkenal sebagai anak yang kaya. Setiap hari ia diantarjemput dengan Sedan Mercy berwarna merah seri terbaru. Sudah sejak lama Bono menyukai Soraya. Namun Bono merasa rendah diri untuk mengungkapkan isi hatinya. Bono hanya mampu memperhatikan Soraya dari kejauhan seperti halnya saat upacara sekolah. Saat matahari pagi menyingsing, kerlingan bola mata indah menghiasi pagi hari. Di kerumunan anak-anak yang berbaris, sepasang bola mata lain mencari-cari sembari mengintip. Ketika siluet kerlingan mata itu bertemu, Bono merasakan keindahan yang luar biasa. Tak hanya Bono, ternyata Soraya pun selalu menantikan saat-saat itu.
Suatu ketika  Arbi yang kesal karena selalu ‘dicurhati’ oleh Bono tentang Soraya, memaksa Bono untuk berbicara dengan Soraya. Bono hanya dapat pasrah berkeringat dingin memikirkan apa yang akan terjadi. Di parkiran, Soraya baru saja melangkah dua kaki dari sedan merahnya.
               
“Soraya! Kamu Soraya yang anak kelas dua B itu kan?”  tanya Arbi.
               
“ Iya betul, kalian siapa ya? Ada apa nih pagi-pagi?”  jawab Soraya.
               
“Saya Arbi, sebenarnya engga ada apa-apa kok. Cuma ada temen saya nih mau kenalan sama
kamu.”  saut Arbi.

“A..a..apaan..sih Arbi! Aduh maaf ya Sor...sor..Sorayaa! Temen saya yang satu ini memang
suka gak jelas banget! Ma..ma..maafin yaa..”  tutur Bono dengan bibir gagap naik turun.

“Hahaha, kalian ini pada ngomong apaan sih. Aku udah tau kok kamu Arbi dan kamu Bono
kan.. Yaudah aku ke kelas dulu ya sebentar lagi bel nih.”  jawab Soraya.

“Oh.. Iya-iya silahkan Soraya..”  pungkas Bono dengan senyum.

Soraya pun kembali melangkah menuju kelasnya. Ketika cukup jauh Bono yang masih terus memperhatikan melihat sepercik senyuman terindah ketiga di dunia selain senyuman ayah dan ibunya. Ya, senyuman Soraya dari kejauhan masih terlihat begitu indahnya. Dalam hati, sebenarnya Bono masih ingin berbicara lebih banyak lagi namun maksud hati tak sampai.
               
“Bebebebbb..bii!!! Ternyata Soraya kenal aku Bi! Waah seneng aku!”  kata Bono kegirangan.

                “Tuh kan.. Makanya berani dong jadi laki-laki.. Gak rugi kan gue kesel tadi?”  tanya Arbi.

                “Hehehe iya iya Bi.. Emang lo temen paling top deh.. Yaudah masuk yuk udah bel tuh.”
                jawab Bono.

Mereka pun masuk kelas seiring bel berbunyi.

Suatu ketika saat jam istirahat, seperti biasa dua sahabat baik itu menikmati makan siang bersama di kantin sambil bersahut-sahutan candaan. Tiba-tiba datang Veronica, ketua kelas Bono.

                “Bon..Bon..! Gawat Bon!”  seru Veronica.

                “A..a.addduh.. Lo kira gua es bon-bon Ver.. Ada apa sih kok panik gitu?”  tanya Bono.

                “Tadi gue dikasih info sama Bu Dini, katanya gacoan lo si Soraya itu kecelakaan
Bon! Tadi pagi kejadiannya!”  seru Veronica yang masih terus-terusan panik.

“Uhuk!! (Batuk tersedak) Yang bener lo Ver?? Terus sekarang di mana Sorayanya??
Keadaannya gimana??”  tanya Bono yang akhirnya ikutan panik.

“Tumben lo Bon gak gagap.. Servis di mana tuh bibir..”  ledek Arbi.

“Eh Bi jangan bercanda dong!”  saut Bono.

“Udah-udah kalian malah berantem! Soraya di Rumah Sakit Abadi sekarang masih di ICU gitu
katanya. Pokoknya cari di Ruang Mawar nomor 15 di lantai 4 ya!  Gue duluan nih mau kasih tau temen-temen yang lain!”  seru Veronica sembari meninggalkan Bono dan Arbi.

Mendengar hal itu tanpa pikir panjang, Bono berlari meninggalkan Arbi. Ia berlari secepat-cepatnya menuju parkiran. Setibanya di parkiran, Bono merangkul sepeda ontel miliknya. Tanpa pandang bulu, ditembusnya pagar sekolah yang hanya setinggi satu meter. Sempat terdengar teriakan satpam sekolah yang hendak menghentikan. Namun kecepatan Bono saat itu mengalahkan kejaran satpam. Bono bagaikan dipecut dengan sejuta kesedihan. Bono mengayuh dan terus mengayuh. Tak peduli goresan otot betis yang mulai terlihat akibat menempuh perjalanan sepuluh kilometer tanpa henti.

Sesampainya di rumah sakit, Bono makin tak terkendali. Di bantingnya sepeda ontel miliknya di tengah-tengah pintu gerbang rumah sakit. Bono terus berlari dan tibalah di lantai empat. Dengan panik dan tergesa-gesa, dicarinya Ruang Mawar nomor 15. Bono mencoba tenang namun hal itu makin kehilangan asa ketika dia mendengar isak tangis keluarga di Ruang Mawar nomor 15.

Bono pun membuka pintu. Seisi ruangan kaget melihat anak laki-laki yang masuk penuh keringat bercucuran. Bono pun juga terkaget melihat anak gadis yang cantik jelita pujaan hatinya terbujur lemas di kasur rumah sakit.

                “Bono.. Maafin Soraya ya kalau ada salah sama kamu, sama teman-teman juga..”  tangis Ibu
Soraya.

“Huhuhu.. Kk..kook taan..te ngomongnya gi..gi..tu sih huhuhu..”  tanya Bono yang ikut
menangis.

“Umur Soraya sudah tidak lama lagi.. Kata dokter, otot jantung Soraya ada kelainan. Dia
lemah.. Dia tidak akan mampu bertahan setelah kehilangan banyak darah tadi.”  tutur Ibu
Soraya.

Tanpa panjang lebar Bono langsung menyambar penjelasan Ibu Soraya, “Ambil otot jantung
saya Bu! Saya sehat kok dan tidak ada riwayat penyakit apapun! Bahkan otot jantung saya
bagus, saya juara lari di sekolah loh bu!”

“Tidak mungkin bisalah Nak Bono.. Ibu juga tidak akan mengizinkan, apalagi orangtuamu. Itu
akan mengorbankan dirimu.. Ibu tidak bisa..”  tangis Ibu Soraya.

“Sebenarnya saya sudah tidak punya orangtua lagi, Bu. Ayah dan Ibu saya meninggal tiga
tahun lalu. Sekarang aja saya numpang sama temen saya, Bu. Makanya saya gak sungkan
mau mendonorkan otot jantung saya. Saya sangat menyayangi Soraya walaupun kami jarang
berbicara. Namun saya yakin dunia akan ikut menangis apabila Soraya yang saya sayangi ini
pergi..” saut Bono becerita.

Sore itu pukul empat sore Arbi baru saja pulang sekolah. Ia menanggalkan tasnya dan hendak mencari Bono ke rumah sakit. Siapa tahu saja tadi dia berlari cepat dan pergi lama karena di rumah sakit. Namun ketika Arbi memasuki kamar, sepucuk surat telah ada di meja belajarnya.

                Buat Arbi:

Arbi! Temen gua yang paling top! Tadi di sekolah ngapain aja bro? Gimana matematika lo tadi? Pasti dapet jelek hahaha.. Becanda.. Belajar lagi lah ya.. Gua cuma mau ngucapin terima kasih atas semua yang lo dan orangtua lo kasih ke gua selama hampir dua tahun ini. Gua bisa makan, tidur, belajar, main, berpakaian yang pantes, pokoknya gak jadi anak terlantar di pinggiran jalan deh..Tapi yang penting bisa selalu sama sahabat gua yang satu ini hehe.. Gua mau pamitan nih sori mendadak.Ya lama sih.. Tapi pokoknya lo jangan kangen sama gua deh..Tapi gak bakal jugalah yaaa kan gua gak ngangenin hahaha. Yaudah Bi, sampai  ketemu lagi kawan, semoga kita bertemu di lain waktu yang sama menyenangkannya saat kita bersama.

Salam hangat
-Bono

Buat Soraya:

Sor..sor..sooo.. Hahaha masa disurat masih gagap ya? Hai soraya.. Apa kabar nih? Kamu pasti udah sehat kan sekarang? Saya mungkin terlalu pengecut cuma bisa ngajak kamu ngomong lewat surat ginian doang. Tapi di sinilah saya akan mencurahkan perasaan saya yang sebenarnya. Dari awal mata kita bertemu saya udah jatuh hati (cielah..) sama kamu. Inget kan waktu upacara ada yang ngintipin kamu? Itu saya hehehe.. Saya sebenernya sih ingin berbicara lebih dan mengenal kamu lebih jauh. Cuma saya minder aja soalnya saya gak setajir, sekeren dan seganteng cowo-cowo lain. Saya cuma cowo biasa yang berharap lebih tapi saya sudah menyadari itu kok. Saya cuma mau pamitan sama kamu. Soalnya saya akan pergi jauh…sekali. Mungkin kita gak akan bertemu dalam jangka waktu yang sangat lama.Saya minta maaf ya kalo ada salah ke kamu. Kalo kata orang lain dari mata turun ke hati, kalo kata saya dari mata turun ke jantung.. Hahaha.. Sampai jumpa Sorayaaa.. Saya bahagia bisa menjadi bagian kecil dari hidup kamu. Bagian yang akan selalu mengiringi langkahmu. Bersamaan dengan dentuman detak jantungmu yang berbunyi melalui jantungku. Aku cinta kamu..

Salam sayang
-Bono




Sore itu langkah Arbi menuju rumah sakit amat ringan walaupun dengan rintikan air mata. Arbi merasakan indahnya sore yang cerah dengan langit yang ungu kemerahan laksana violet abadi yang menggambarkan ketulusan. Arbi pun segera berangkat dengan menggenggam sepucuk surat dari Bono. Menjemput temannya yang sedang bahagia di atas sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar