Kamis, 11 Desember 2014

Sampah... Tapi Enak!

Malam! Malam! Malam!

"Itulah kata-kata yang terbesit di benakku ketika komandan mengucap selamat malam.
Sewindu apel malam datang, sinar bulan menerangi ditemani sinar lampu gudang asrama yang begitu terang menghalangi pandanganku sehingga aku tidak bisa melihat wajah, dan perut bundar komandan. Aku tertawa ha..ha..HA. Eh...aku tidak sadar ternyata komandan bisa melihatku dengan jelas tatapan yang tajam (lho kok bisa lihat matanya ya, bukannya gue bilang tadi gabisa lihat wajahnya ya??). Oh anggap saja itu feeling seperti cream pie yang kering, hangat keluar dari cetakan kue pie.

Komandan berteriak "Kekuatan!"... Gue harus jawab 55! Padahal gue pengen jawab 69!"

-By Dhimas Surya H. (temen, masa?)



HAHAHAHAHA 

diatas cuma becandaan yang garing dan gak bakal bikin orang ketawa bagi yang gak paham,yang paham aja ga ketawa(?). 
Ahhh kok tiba tiba jadi sakit perut ya... Oh iya gue jadi inget, hari ini gue makan nasi kucing yang murahnya setengah mati di Cepu. Modal goceng udah kenyang. Isinya ada usus busuk, telor busuk, hahaaaa ya gatau sih busuk apa engga (astagfirullah maafin baaang..), tapi sumpah menurut gue enak buaaaangeeeettt terutama usus, terus dibakar, dikasih kecap, dan rasanya wawww...mungkin cuma kalah sama Foie Gras. Cieee gatau Foie Gras ya?? Samaaa makanya googling laah ahaha... Intinya kedua makanan itu sama-sama busuk tapi ENAAAK. 

Setelah gue sadar kebusukan berupa makanan tapi nikmat itu bisa di analogikan dengan berbagai macam hal. Salah satunya sikap wanita. Gue mencoba selalu respect sama wanita secara nyokap gue wanita. Namun ketika gue cuma niat kenalan, ngobrol, sharing berbagai hal yang gue rasa akan indah kalo bisa sharing banyak hal sama seorang wanita 'itu', wanita itu malah forgetting world and dont know much if she made me interesting her a little much. Lah siapa suruh cantik? Gue baca blognya, dan yap cerdas tapi gak suka cowo kayaknya. Sebut saja wanita ini X. X ini punya temen yang dulu adalah temen gue pas SMA. Gue pengen kenalan karena ya, cantik, Tapi gak semata-mata itulah. First impression karea cantik itu bukan berarti gue ingin sesuatu yang lebih, makanya X... jangan geer napa. Yaa jangan kesel juga kalo gue gangguin, kan tinggal bilang aja kalo gasuka, pasti "I'm Copy That". Itu kenapa hal kayak gitu, bikin Sampah... Tapi gue yakin kalo lo mau ngbrol dan kita kenalan, pasti bisa ambil sisi positif dari diri kita masing-masing dan jadi Enak.

Beberapa waktu lalu gue ketemu mantan, gue ketemuan di stasiun jatinegara. Kita ngobrol lumayan banyak hal kayak apa yang dia pelajari di kampusnya, begitu juga di kampus gue, ya intinya silaturahmi aja ngobrol tentang our new life. Nah, hal kayak gini juga bisa diklasifikasikan sebagai Sampah Tapi Enak! Ketika hubungan dengan mantan yang notabene agak gaenak dan sampah, tapi akhirnya bisa kok jadi enak-enak aja, jadi akur.

Kita juga bisa lihat sampah-sampah itu bahkan dari kehidupan kita sebagai mahasiswa/i. Gak munafik di antara kita ada yang kuliah ya masuk sih kelas, tapi gaada ilmu dan begitu ada ujian tinggal liat temen, atau bikin tugas tapi tinggal nunggu temen selesai. Hal-hal kayak gini juga Sampah...Tapi Enak! kan? 

Jadi...gue mikir nih, kenapa gue harus protes atas sikap X ini padahal sudah dianalogikan sama usus, mantan, dan kehidupan mahasiswa? Padahal itu sampah tapi enak kan? Sama-sama sampah tapi (harusnya) enak kan?? Trus kenapa di hati rasanya gaenak?? Yaa pada dasarnya gue yang gakbisa ikhlas. Gabisa ikhlas menerima kalo orang yang belum pernah ngobrol langsung itu gaakan mau kenal lebih jauh kecuali mungkin gue ganteng jadi si X tertarik liat ava line gue. Gue juga yang gak bisa terima kalo X gaakan mau kenalan apalagi deket sama orang yang "mindless when talking to a girl" kayak gue. Gue juga yang gakbisa terima kalo emang faktanya saat orang yang lagi fokus-fokusnya berkonsentrasi di bidang yang dia tekuni risih diganggu. Jadi... Conclude by yourself deh. In this post, I am really sorry for everything make this woman, X, really uncomfortable. Di dalam hati hanya satu keinginan bahwa sebenarnya ingin jadi teman, walau sebatas teman chat, ngobrol tentang politik, musik, world news, life, study...ya gak tau kenapa rasanya dia bisa diajak ngobrol kayak gitu. Mungkin belum waktunya jadi teman, belum waktunya mau maafin, belum waktunya X mau nengok ke suatu sudut ruangan dan memperhatikan satu titik kecil yang 98% gak kelihatan dan memang tidak berkenan untuk dilihat. Jadi...ya RIP for me. Semoga (walaupun)Sampah (akhirnya)Tapi Enak! di hati.

Malam! Malam! Malam!

Kamis, 09 Oktober 2014

Letter from Prof Rhenald Kasali @Rhenald_Kasali

Assalamualaikum wr.wb


Pada abad ke-15, seorang pelaut tangguh mengangkat layar kapalnya menyeberangi lautan. Tujuannya adalah pusat rempah-rempah di timur.

“India.” Ia berseru pada semua awak kapalnya. “Kita telah mendarat di India.”

Anda mungkin sudah bisa mereka siapa yang saya maksud. Ya, dia adalah Christopher Colombus. Alih-alih mendarat di India seperti janjinya pada ratu Isabel yang membiayai misi perjalanannya (untuk memperkuat posisi Spanyol dalam perdagangan rempah-rempah yang terputus akibat Perang Salib), Colombus justru mendarat di Amerika.

Ini tentu di luar harapannya. Saat menghadap ratu, ia pun dicemooh para penjelajah dunia lainnya yang sudah sampai di Tanjung Harapan. Ketika itulah Columbus berfilsafat, "Kalau Anda tak pernah kesasar, maka kita tak akan pernah menemukan jalan baru." 

Tetapi bagaimana orang seperti Columbus bisa menjadi penjelajah dunia, menemukan dunia baru? Sama pertanyaannya, mengapa orang-orang Jepang, India, Yahudi, China dan Korea ada di seluruh dunia?

Bahkan sekarang, orang Malaysia dan Singapura mulai banyak buka usaha di sini? Ada apa dengan anak-anak kita yang masih senang berada dalam "ketiak" keluarga besarnya, menjadi PNS dan sebagainya?

Saya ingin katakan, sesungguhnya anak-anak Anda sama seperti saya. Kita semua sebenarnya rajawali, dan bukanlah burung dara yang sayapnya diikat (dikodi) serta tak pernah bisa terbang tinggi, diberi kandang yang sempit agar selalu dekat dengan tuannya.

Berikan anak-anak Tantangan, Maka Mereka akan Menjadi Pemimpin

Saya kira Columbus benar. Kita semua tahu tidaklah penting apa yang kita capai hari ini, atau saat ini. Yang lebih penting sesungguhnya adalah apa yang bisa kita pelajari dari sebuah perjalanan itu sendiri. Apalagi perjalanan itu adalah sebuah proses, bukan penghentian akhir. Anak-anak tak boleh berhenti belajar walau katanya "sudah tamat" sekolah.

Sebaliknya, Anda tahu hari ini, jutaan manusia Indonesia setiap hari sangat takut "menjelajahi" dunia baru yang sama sekali belum dikenalnya. Teman saya, seorang guru matematika misalnya, marah besar saat disuruh mengajar matematika dengan cara digabungkan dengan ilmu lainnya secara holistik. Dia biasa nyaman dalam silonya yang parsial dan merasa paling pandai. Dia juga gemar mengatakan orang lain salah.

Banyak orang menghindari sesuatu yang namanya kegagalan, kesasar, atau segala hal baru yang bakal menyulitkan hidupnya. Bahkan, menghindari sesuatu kalau ada tantangannya karena takut terlihat kurang pandai karena orang lain bisa melakukannya sedang kita mungkin tidak. Kita maunya anak-anak kita menjadi juara kelas, lulus cepat dan dapat pekerjaan yang baik, dimudahkan jalannya.

Kita bahkan carikan mereka pekerjaan dari koneksi kita, yang mudah-mudah. Tak banyak orang yang mengerti bahwa keunggulan yang dicapai manusia sebenarnya tak pernah lepas dari seberapa hebat ia terlatih menghadapi aneka kesulitan dan tantangan kehidupan.

Tanpa kita sadari, sebenarnya kita terperangkap dalam kenyamanan. Persis seperti perjalanan pulang-pergi rumah-kantor yang selalu melewati jalan yang sama berulang-ulang, yang sesungguhnya mencerminkan kemalasan berpikir belaka. Kita takut kesasar, menjaga agar anak-anak tidak tersesat. Padahal jalan yang buntu itu bukan dead end, tetapi pertanda perlunya putar arah (reroute). 

Ingatlah, masalah baru terus bermunculan dan pengambilan keputusan tak bisa dihafalkan. Habit kita telah kita wariskan pada bangsa melalui anak-anak kita.

"Self Driving"

Bepergian ke tempat baru, dengan informasi, uang, waktu dan pengetahuan terbatas sesungguhnya bisa mengubah nasib manusia. Dan keterbatasan itu belum tentu membuat kita tersudut tanpa kemampuan keluar (dari kesulitan) sama sekali. Dan anak-anak remaja kita, sesungguhnya memiliki kemampuan untuk men-drive diri masing-masing, yang membuat mereka mampu mencari dan menemukan "pintu keluar" dari kesulitan sehari-hari.

Namun tradisi kita ternyata jauh dari harapan itu. Kita lebih banyak membentuk mereka menjadi passengers ketimbang drivers. Persis seperti penumpang angkutan kota yang boleh mengantuk, bahkan tertidur, tak perlu tahu arah jalan, merawat kendaraan, berinisiatif pindah jalur. Semua sudah ada yang urus, tahu-tahu sudah sampai di tempat tujuan.

Anak-anak kita sesungguhnya adalah rajawali, bukan burung dara. Tetapi secara psikologis dan tradisi, kita telah mengikat (meng-'kodi') sayapnya, sehingga mereka tak bisa terbang tinggi. Mereka hanya menjadi "burung dara" yang hanya bisa melompat ke atap gedung, lalu turun lagi ke bawah tidak jauh-jauh dari rumah kita.

Kita "kodi" sayapnya dengan berbagai belenggu, apakah itu proteksi dan kenikmatan yang berlebihan, keputusan yang tidak pernah kita ijinkan untuk diambil mereka sendiri, hanya untuk memotong rambut atau membeli sepatu. 

Banyak masalah mereka kita ambil alih cepat-cepat sebelum mereka bergulat mengatasinya sendiri dalam kecemasan, dalam ketakberdayaan.

Juga dogma, ancaman, ketakberdayaan dari pengalaman kita, serta kehadiran kita yang harus ada kemanapun mereka pergi.

Cerita mereka bisa anda baca dalam buku aplikasi Self Driving (terbit dua minggu lalu) yang kemarin diluncurkan mahasiswa saya di UI. Judulnya 30 Paspor di Kelas Sang Profesor. Isinya suka duka dan curhat mereka melepas kodi-kodi itu agar menjadi rajawali yang hebat dalam program one person-one nation, kesasar di manca-negara.

Buku itu jadi sebagai akibat provokasi yang saya lakukan pada mereka, dengan fakta bahwa para tenaga kerja wanita kita di luar negri ternyata lebih mampu menangani tantangan dan ketidakpastian di luar negri ketimbang para calon sarjana yang hanya duduk manis di bangku kuliah.

Saya katakan, era jagoan bicara telah berakhir, kini jagoan itu hanya akan dihormati kalau mereka punya karya, punya langkah. Dan TKW itu adalah manusia yang terhormat karena mereka punya langkah dan membawa berkah.

Jadi hari pertama kuliah, mereka harus urus paspor. Seminggu kemudian, membuat rencana perjalanan ke luar negri. Satu negara hanya boleh dikunjungi oleh satu orang. Dan itu harus cepat, karena 30 mahasiswa berebut negara tujuan dengan syarat tak boleh yang bahasa dan penduduknya mirip dengan kita. Kalau terlambat, biayanya makin besar, negeri yang dikunjungi makin jauh, makin rumit pengurusan visa dan mungkin saja makin tak menarik untuk dikunjungi. Misalnya Bangladesh.

Ada dua situasi kebatinan yang akan mereka hadapi: terasing sekaligus tertantang. Dalam keterasingan, mereka hanya berbicara dengan diri sendiri, bukan bergantung pada orang lain. Di tengah kesibukan banyak berdialog dengan orang lain dan media sosial, dalam keterasingan, bagus bagi anak muda untuk membangun diri. Dialog diri ini akan menimbulkan self awareness (kesadaran diri) untuk membentuk karakter yang kuat.

Sebab, kuliah saja di bangku kelas tak menjamin manusia belajar menghadapi tantangan yang sebenarnya. Kini, semua persiapan harus diurus sendiri dalam waktu yang sangat singkat, dilarang memakai jasa calo atau travel, juga dilarang menerima bantuan keluarga.

Paspor, penginapan, rencana perjalanan, apa yang mau dilihat, biaya dan sebagainya. Laporannya pun bebas, diutamakan refleksi kehidupan, bukan soal produk atau pasar. Jadi perjalanan mereka tidak dimulai di pintu keberangkatan bandara, melainkan di hari pertama kuliah dengan saya. 

Sambil belajar teori saya ajak mereka melihat sendiri dunia, dan hadapi sendiri segala masalah. Makin kesasar makin bagus. Lama-lama "kodian" itu lepas, sayap mereka membuka, tanpa disadari mereka mulai bisa terbang jauh.

Satu hal yang dapat dipastikan adalah; mereka akan mulai mengaktifkan otaknya. Dari situ secara tidak sadar mereka sudah memulai praktik manajemen yang sebenarnya. Selama ini buku-buku sudah pasti menjelaskan segala teknik mengatasi masalah dengan amat jelas. 

Masalahnya, pernahkah mereka sendiri menggunakanya dalam kehidupan di dunia nyata? 

Faktanya pula, kebanyakan sarjana kita belum banyak yang mampu bekerja dengan baik meski di bangku perkuliahan mereka terlihat sangat berprestasi. Inilah yang disebut sarjana kertas dengan kehebatan memindahkan isi buku ke dalam lembar kertas ujian. 

Sebagai guru, saya merenungkan kehadiran saya dalam kehidupan mereka: apakah saya hanya menjadi pentransfer pengetahuan atau seorang pendidik? Saya menyadari betul bahwa pendidik bukanlah sekedar penyampai teori. Kemampuan mewadahi keingintahuan, memperbaiki watak dan karakter, membentuk masa depan mereka adalah sama pentingnya dengan memperaktikan teori. 

Masalahnya, maukah mereka berubah? Apakah perubahan ini diijinkan orangtua mereka yang "percaya" bahwa menjadi burung dara lebih baik daripada menjadi rajawali...


Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain itu, pria bergelar Ph. D. dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi role model social business di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Saat ini, dia juga maju sebagai kandidat Rektor Universitas Indonesia. Terakhir, buku yang ditulis berjudul "Self Driving": Merubah mental passengers menjadi drivers.


Wassalamualaikum wr.wb

Rabu, 08 Oktober 2014

Sharing Dikit

Assalamualaikum wr.wb.

Halo semuaaa Alhamdulillah gue ada waktu buat ngblog lagi haha di Cepu... Actually in this city I wanna tell all of you what life is, and taking you to my journey in about a month here. Gue janji waktu itu bakal posting lagi, dan sekarang kebetulan ada waktu hehe. Gimana kabar lo semua? Semoga baik semua  aamiin... 

I made a really different path on my life. Studying something new that I never met before. Gue ga ngebayangin di STEM Akamigas akan belajar layaknya mahasiswa udah semester 2 keatas. Sedikit sharing, MKU atau mata kuliah umum itu ga sebanyak materi di Univ lain. Karena beberapa waktu lalu pas gue ke Surabaya ikut seminar pertamina yang salah itu... (karena ga sesuai konsentrasi gue di STEM -_-), nah di Surabaya gue ketemu dan dipaksa temen gue nginep di Surabaya dan akhirnya ya gue nginep...sekalian refreshing lah nostalgia sama cita2 sekolah di ITS wkwkwk. Di kosan temen gue liat2 buku MKU nya macem kalkulus, fisdas, dll. dan emang untuk akademik pelajaran di STEM agak kurang jadi ya kalo gue mau lanjut pendidikan ya harus ekstra lagi belajarnya.. Yaa yang pasti SIAAAP!!! Intinya di STEM itu gue langsung belajar to the point banget. Gue belajar peralatan pengolahan migas ya walaupun baru pengantar dan belum ada hitungan tapi yang gue gak kira kalo harus belajar se- to the point ini, kayak pelajaran tentang prinsip operasi kolom, karakteristik cdu/vdu, storage handling, petrokimia, pompa - kompresor, turbin gas, turbin uap, wawww haha ga nyangka kalo harus mempeajarinya di semester 1 ini. Tapi asik dan enjoy banget mempelajarinya haha ga sabar akhir tahun ini ada praktik ke kilang pusdiklat migas esdm, ke PT Humpus juga karena gue pengen banget liat kondisi real kolom, HE, dkk nya itu. Doain ya dimudahkan dalam proses belajar disini aamiiin....

Oh iya, btw gue liat berita di twitter barusan nih siang hari ini. Ada berita pembunuhan WNI wanita transgender gitu. Ya namanya lo cari sendiri ajaaa. Yang udah tau dan baca ceritanya ya gue saranin jangan kita sebagai sesama orang Indonesia malah menghujat almarhum. Karena kan juga orangnya udah meninggal. Tapi, tanda-tanda akhir zaman memang semakin nyata atas peristiwa ini. Semoga ini menjadi peringatan untuk kita aja semoga makin hari makin taat sama agama kita masing2 agar snantiasa selalu berbuat baik setiap saat.

Btw juga, Idul Adha kemarin alhamdulillah bisa balik ke Bekasi jadi bisa nyenengin nyokap gitu surprise tau2 dateng hehe. Emang jujur kerasa banget jauh dari orangtua. Pas awal2 di STEM yaa ga bohong deh I always thinking how's life if I study in UI??  I would see her everyday maybe, bisa bantuin dia nyuci, masak hehe.. Sampe2 gue kepikiran untuk ikut SBMPTN lagi tahun depan astagfirullah cengeng banget gue (maklum anak tunggal woyyy). Tapi setelah merenung bahkan ketemu lagi sama Ibu dan Bapak pas pulang kemaren entah kenapa rasa keinginan tadi hilang. Muncul kekuatan infinitif yang makin nguatin gue. Kalo di kolom tray tuh ada peristiwa entrainment..nah suhunya ketinggiaaan..laju vapornya super cepet, entrainmentnya makin banyaaak wkwk.. Ya intinya gue lihat wajah mereka rasa kangen hilang, rasa khawatir hilang, dan yang pasti wajah mereka kelihatan bahagia makanya gue balik lagi ke Cepu pun tanpa beban ya slow aja hehe... Alhamdulillah gue juga bisa ngumpul malmingnya sama temen2 SMA.. Alhamdulillah juga temen gue bawa temennya yang SubhanAllah..beruntung gue bisa ke SMB waktu itu :)

Yasudah gue mohon doanya (lagi) karena akhir tahun ini gue harus udah nyiapin judul KKW.. Kepengennya sih tahun depan PKL bisa dapet di RU Balongan/Cilacap biar wawasan kebuka aja ga di pusdiklat migas Cepu terus. Gak nutup kemungkinan mau coba ajuin di Bekasi ada PT BBWM hehe biar deket sama rumah... Aaamiin...

Wassalamualaikum wr.wb


...........................................................................
And I see the photo taken 
Think this morning will be so alright
Come wake me up and over go
Wanna had my future and yours be so bright
 ..................................................................................

 

Kamis, 14 Agustus 2014

Hikmah dan Perpindahan Instan

Assalamualaikuuuummm waaaaaaaah halo semuaaa!!! 

Lama banget gila gue tinggalin ini blog. First of all laptop gue rusak kemaren kesiram air di tas sekolah -___- alhasil berbulan-bulan gue ga online.... Beside that gue kemaren2 emang lagi sibuk bangettt dan males buat online ya secara kemaren gue harus nyelesein tugas dalam jabatan sebagai Ketua BTC SMANSASI, dan Koor Sekbid 10 OSIS SMANSASI periode 2012/2013 (gaya dikit...) wkwkwk, dan juga ya sibuk les untuk persiapan UN dan tes2 masuk kuliahlaah.

Wanna tell you my story so faaaaar when I was away ehehe.. 
Disini gue mau cerita tentang momen terpenting yang semoga bisa dijadiin bahan pelajaran untuk semua yang baca blog gue khususnya anak2 kelas 12 yang tahun depan lanjut kuliah..

1. Kebingungan mencari jurusan dan kuliah

Pas banget naik kelas 12, semua anak kelas 12 gak cuma gue pasti udah megang target mau kemana dan ngapain abis lulus dan umumnya mau lanjut kuliah dong. Gue pun mencari-cari apa kira2 yang bagus untuk studi lanjut gue. Dulu gue demen nonton ILC si TvOne, makanya gue tertarik ke hukum UI.. Namun apa daya nyokap ga ngizinin karena dia takut gue kerjanya nanti akan berefek buruk di afterlife nanti..you knew what I mean laah. Gue pun nurutlah sebagai anak yang baik O:) wkwk.. Dan pada intinya gue gapunya target mau lanjut kemana dan univ mana. Yang gue pengen dan selalu disebut dalam doa adalah gue mau bisa sekolah yang membawa gue bisa jadi orang yang sejahtera, makmur, materi/harta dan morilnya. Sebab gue pengen banget bisa bahagiain orangtua secara materi maupun moril, secara materi ya karena gue juga bukan orang kaya ya biasa2 ajalah.., gue juga punya banyak saudara sedarah baik itu yang dekat maupun jauh yang hidupnya ga seberuntung gue dan itu bikin motivasi gue supaya bantu, dan motivasi terbesar gue pengen bikin Indonesia bangkit, makmur dan sejahtera, baik masyarakatnya, alamnya, kekayaannya bisa dipake sendiri. Intinya pengen bantu orang banyak. Kalo gue belum sejahtera gimana bisa bantu orang lain sejahtera? Dan ingat ga hanya sejahtera secara harta, tapi juga moril.

Menjelang pendaftaran SNMPTN Undangan, ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) dateng ke sekolah gue ngasih penyuluhan dan promosi gitu.. Gue pun tertarik, gue konsultasi ke bokap yang kebetulan lulusan teknik dan gue disaranin Teknik Industri aja.. Nyokap nglarang banget gue di ITS karena alesan jauh. Maklum gue anak tunggal dan gue juga ngerti perasaan dia. Namun karena keinginan kuat akhirnya gue maksa dan tetep daftar kesana karena bokap pun ngizinin. Gue ngarep banget lulus di ITS karena ya bisa dapet sekolah bagus dan biaya yang murah. Wajar kan gue gamau nyusahin ortu dengan sekolah yang mahal. Pilihan gue di undangan itu:
1. Teknik Industri - ITS
2. Teknik Mesin - ITS
3. FTI - ITB (Ini udah gue anggap angus dari awal wkwk untuk syarat ada univ yang se-domisili sama wilayah sekolah kita)

Kemudian juga gue dapet kesempatan untuk ikut PPKB UI, jalur masuk UI tanpa tes, gue pun pilih jurusan Teknik Mesin (ini random). Padahal ada temen gue yang nilainya di atas gue cuma gue ya pede ajalah kali UI nerima 2 orang. Gue juga ngarep kan di UI karena kalo ga keterima undangan kan langsung ambil aja UI nya.


2. Falling Down

Hari-hari sembari menunggu pengumuman hasil SNMPTN Undangan gue pake untuk tetep les persiapan kalo ga lulus jalur undangan/PPKB. Ya karena nilai raport gue paling unggul di satu sekolah untuk ke jurusan Teknik Industri ITS, gue agak males lah lesnya ngrasa aman.. Setiap selesai solat gue selalu berdoa supaya keterima, dan gue juga minta kalo ga keterima supaya gue bisa ikhlas dan semangat belajarnya.

Tanggal 27 Mei pengumuman dan gue gak keterima. Gue nangis laah gue nabung nilai dan menjaga nilai coyyy dari semester 1 kelas 1. Gue bukan sombong tapi sampe semester 5 kelas 3 SMA gue selalu masuk 10 besar ranking di kelas..tertinggi ranking 3 terendah ranking 8 naik turun. Dan untuk nilai terbilang stabil. Cuma satu pelajaran yang sempet turun tapi itupun sekali aja dan sisanya naik terus. Gue nangislah begitu ga keterima. Gue mau ikhlas tapi sulit..tapi ya mau gimana wong ga keterima. Nyokap bokap ya menenangkan gue bilang kalo belum keterima ya gapapa kan masih ada kesempatan. Mereka nyemangatin gue. Yang bikin down itu di saat temen2 yang lain udah dapet kuliah dan gue belum.. Nyesek, lemes seharian, gue tau rasanya gaenak banget dan percuma temen2 atau siapapun yang ngeluarin kata2 mutiara itu gaakan nyembuhin. Les pun lemes, ngapa2in gaenak rasanya.

Tanggal 30/31 Mei gue lupa, gue deg2an nunggu hasil PPKB dan kembali pahit, gue ga keterima. Gue ga nangis saat ini karena emang harapan utama gue itu jalur undangan walaupun gue juga ngareplah kalo lolos PPKB.. Stres dong pastinya belum dapet kuliah padahal udah punya rencana banyak banget buat liburan wkwkwkwk.... Yaa intinya gue udah ngrasain sensasinya down jadi gue tau kecewanya kayak apa, gaenak.

3. Rising Up and Creating The Scenario

After taking all the pain, it isn't have to take your time running out lah for your tears. Buat gagal jalur undangan gue down seminggu, dan begitu ga keterima PPKB gue rehat 1 hari untuk nenangin diri dan mikir mau kemana dan apa langkah gue begitu nerima kenyataan ini. 

Gue tau pasti sulit banget ga kepikiran kecewanya. Cuma mungkin ya karena gue udah doa supaya ikhlas, gue bisa susun rencana langkah "plan B" lah.. Gue cari dan catet semua tes masuk ke kuliah. Yang terdekat pasti SBMPTN jalur tulis kan untuk ke PTN sampe ke UM Unsoed yang paling belakangan. Gue juga wanti2 kalo ga keterima juga di negeri. Akhirnya gue cari swasta dan milih Telkom University melalui jalur JPA 2 tanpa tes gitu, gue milih ke Teknik Industri. Gue juga ga menutup diri untuk daftar ke PTK(perguruan tinggi kedinasan). Gue nyari beberapa PTK yang membolehkan tarunanya boleh pake kacamatan maks. 2 dioptri (minus/silinder) dan hanya beberapa PTK. Gue seleksi aja sesuai prospek sesuai cita-cita gue. Gue berminat ke Diklatnya Kementerian Keuangan yaitu STAN, Diklatnya BPS yaitu STIS, dan Diklatnya Kementerian ESDM yaitu STEM Akamigas. Tapi tes STIS ternyata udah kelewatan dan STAN masih lama tesnya, jadinya gue pilih ikut tes di STEM Akamigas. Setelah itu, gue daftar dan tes SBMPTN dengan passing grade yang paling mungkin gue jangkau karena trauma ga keterima di PTN wkwk ngaco abis pilihannya. Dan gue juga ikut tes SIMAK UI. Intinya bener2 "plan B" dan out of the scenario lah wkwkwk.. Inilah detail "plan B" yang tanpa arah dan tujuan mau ke jurusan apa (gak maksud sombong):

1. Telkom University - Teknik Industri (diterima)
2. SBMPTN
    a. SITH-Rekayasa - ITB; PG 2013: 32% nan (ga diterima)
    b. Ekonomi Sumberdaya Lingkungan - IPB; PG 2013: 24% nan (ga diterima)
    c. Silvikultur - IPB; PG 2013: 20% nan (ga diterima)
3. PTK STEM Akamigas - Teknik Pengolahan Minyak dan Gas (diterima)
4. SIMAK UI
    a. Teknik Industri (paralel)
    b. Teknik Mesin (paralel) - (diterima)
    c. Teknik Sipil (paralel)

4. Try To Be A Wise Man

Setelah alhamdulillah diterima gue pun lantas kembali bingung. Namun bingung juga akan pembaca rasain kalo di posisi gue. Gue meminta dan menerima saran dari banyak orang gimana baiknya. Gue juga mempertimbangkan dari segi biaya, restu orang tua, dan tentunya prospek terbaik untuk mencapai cita2 gue. Dan alhamdulillahnya orang tua gue kebetulan memberi lampu hijau terhadap apapun pilihan gue. Kalo kemampuan orang tua gue terbatas mungkin gue akan pilih yang paling terjangkau. Soal restu orang tua, alhamdulillah semuanya merestui walaupun nyokap lebih ingin gue yang deket aja di UI tapi dia toh memberi kebebasan. Dan ketika di posisi ini yang paling tepat adalah rasionalitas dan jangan menutup diri dari berbagai pendapat orang lain walaupun lo harus punya prinsip/visi hidup yang ga bisa diganggu gugat.

Dengan berbagai pertimbangan berdasarkan kriteria yang gue buat akhirnya gue milih di PTK STEM Akamigas yang dengan harapan bisa mencapai cita2 gue tadi. Banyak pro-kontra lah sama pilihan gue dari saudara2, temen2, dll. Cuma namanya hidup kan pilihan dan ini pilihan gue. Ada saatnya kita emang dihadapkan sama pilihan2 yang sulit dan yang akan tetep nentuin adalah diri kita sendiri dengan minta bantuan tak lain dan tak bukan adalah ke Allah SWT.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Soo pada intinya alhamdulillah gue puas dan beruntung atas apa yang sudah diraih dan di restui oleh Tuhan, Allah SWT. Walaupun keinginan gue pada awalnya tidak tercapai namun apa daya kalo Tuhan tidak merestui? Yang pasti pesen gue semakin banyak masalah kita itu justru harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan, bukan depresi dan stres. Jangan menutup diri untuk perpindahan instan sejauh itu ga mempengaruhi visi lo bro, dan mungkin pada akhirnya ini semua hikmah kok, apakah gue yang ga nurut orang tua, apa perhitungan gue salah, apakah rajin belajarnya kurang, doanya kurang, dll yang intinya sebenernya membentuk kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tuhan bakal ngasih yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan karena Tuhan tau yang kita butuhkan walaupun dengan angkuhnya kadang manusia ngrasa gabutuh itu sadar/tidak dengan syarat live your life by The God's Guidance. Semoga pengalaman nyata gue ini akan berguna dan menginspirasi para pembaca..... :)

BTWWW gueee sedih karena gue harus mulai masuk asrama 23 Agustus 2014 ini dan ada aturan yang ga memungkinkan gue untuk leluasa online jadi jarang bisa ngeblog lagi  :( :( tapiiii akan diusahakan ko eehehe....
Gue juga pamit dan mohon doa restunya ya dan semoga sukses di perantauan and Next: Taklukkan Cepu!!haha, gue juga doain semoga keinginan para pembaca tercapai dan berhasil!!! Tetap semangat dan ini quote dari Steve Jobs yang sangat memotivasi gue all the time!!  

Wassalamualaikuuuum