Sabtu, 14 Januari 2012

Bukan Hanya 'Sekedar' (part 1)

Gua teringat sedikit bagaimana ketika seolah-olah gua dibawa Tuhan pertama kali ke dunia ini. Mungkin karena ingatan gua mentok sampe situ. Saat itu jam 12 malam gua terbangun dengan posisi tiduran. Ternyata gua di tempat tidur. Saat itu gelap banget, ternyata lampunya ga dinyalain. Di kanan-kiri gua lihat dua makhluk hitam berjubah panjang. Walaupun gelap, gua tau mereka menghadap ke gua. “Aaah ! Tuhan ! Makhluk apa ini?!” kata gua dalam hati. Makhluk itu tiba-tiba mengeluarkan sesuatu yang panjang dan besar berwarna hitam. Ya, tangannya! Gua berkeringat dingin mengucur deras, sampe dijadiin es bon-bon sama Mba Yeyen penjual warung deket rumah. Gua tak berdaya, sekujur badan kaku dan hanya bisa diam dengan sedikit gemetaran. Akhirnya yang bisa gua lakukan adalah pasrah sembari memejamkan mata. Pelukan kedua makhluk tadi makin erat dan erat. Satu-satunya yang terpikirkan oleh gua saat itu adalah gua akan dicengkram dan perlahan-lahan mati. Tapi semua pikiran itu buyar dan gua keburu tidur lagi karena masih ngantuk. Keeseokan paginya gua melek dan mengira udah di surga tapi setelahg gua liat sekeliling ternyata gua masih di tempat yang sama namun dengan intensitas cahaya yang beda. Terang banget guys! Mata gua sampe merem-melek dan jadi ahong sejenak. Tapi yang gua syukuri dua makhluk itu sudah tidak ada. Dengan kreyep-kreyep karena lampu udah terang banget gua mencoba melihat dengan seksama dimana gua berada. Ternyata gua berada di kamar ibu dan bapak gua semalem. Jadi dua makhluk itu siapaaa?? (gausah nanya). Kebingungan nampak pada diri gua bagaikan film-film layaknya orang yang amnesia. Gua gatau gua siapa?! Dan mau ngapain ini karena ditelanjangin dan diguyurin air?!! Ternyata gua dimandiin. Nyebelinnya, gua ga protes dulu dibedakin full gini mukanya. Untung aja ga sekalian gua ngomong, “Bu, kain kafannya mana? Sini biar kupake sendiri.” Setelah itu gua berbusana putih dan biru plus topi ala Joshua yang melekat rapih. Satu hal yang perlu lo tau, gua masih imut-imut, dan ganteng pastinya. Kemudian setelah sarapan dengan nasi uduk betawi deket rumah, gua menuju ke suatu tempat didampingi ibu gua dengan kendaraan kotak, beroda empat, berwarna oranye, dan lengkap dengan sopirnya. Ya, angkot. Angkot bernomor 15 A membawa kami ke suatu tempat yang dinamakan Perumahan Harapan Baru. Ternyata sopir gua hanya nganterin kami sampe pintu gerbang perumahan karena dia ada urusan nyari makan. Jadi perjalanan kami lanjutkan dengan ibu gua memimpin jalan. Ga sampe 5 menit kita tiba di sebuah bangunan bermodel Belanda bernama “Playgroup dan Taman Kanak-kanak Kusuma Harapan”. Demi apapun gua gangerti apa-apa waktu itu, gua bertemu banyak amoy di sana. Ya, mereka ternyata guru-guru gua di playgroup tersebut. Setelah gua dipandu ke kelas dan mendapat tempat duduk, ibu gua pun meninggalkan gua sendirian bersama populasi makhluk-makhluk bermata sipit itu. Gua cengo bengong sendirian, tiba-tiba seorang guru amoy duduk di kursi dan memimpin doa sebelum kita belajar saat itu. “Atas Nama Bapak, dan Putra, dan Roh Kudus…” dan seterusnya. Gua gangerti doa apa itu tapi yang pasti gua hafal pada saat itu dengan disertai gerakan-gerakan tangan. Intinya kejadian seperti itu terus terjadi setiap hari sampe akhirnya ketika hari terakhir masuk sebelum gua lulus dari playgroup itu ada kejadian yang gua inget ketika ras jawa bertahan hidup dari gempuran makhluk bermata sipit itu. Hari itu gua berjuang menghadapi mereka, gua ingat teman gua bernama Michael dia salah satu ahong juga yang menumpahkan minumannya ke seragam gua. Gua sontak langsung bernada tinggi ampe 8 oktaf. “Mike ! Kenapa kamu numpahin minum kamu ke baju aku?!” Kampretnya dia cuma cengar-cengir. Ya, memang kampret sekali itu olang. Dalam keadaan yang masih kesal, gua akhirnya melampiasan kekesalan dengan mengangkat bangku. Setelah gua angkat, gua mengarahkan bangku itu ke badan Michael dan menabrakannya hingga tulang rusuknya pindah ke bokong. Tapi sayangnya rencana keji gua tidak terlaksana karena Bu Leni menghentikan laju bangku yang gua arahkan tadi. Setelah itu terjadi, Michael nangis kejer banget. Gua takut setengah mati deg-degan. Gua ga nyolong permen kok dari dia. Akhirnya Bu Leni yang malah malah-malah ke gua, “Bayu! Kamu apain Michael sampe nangis gitu?!” “Aku ga ngapa-ngapain bu! Dia duluan yang mulai! Dia yang numpahin minuman ke bajuku kan jadi basah gini!” balas gua. “Lho? Bukannya itu basah biasanya iler kamu?” timpal Bu Leni. “Bukan Bu! Saya ilerannya udah tadi pagi!” lawan gua. Penjelasan gua tidak bisa diterima. Penjelasan Michael apalagi, gajelas nangis mulu. Akhirnya kita berdua dihukum gak ikut pelajaran hari itu sampe jam pulang. Hari itu pun menghiasi gua dengan bibir berbentuk lintasan nagrek dan tangisan Michael yang semakin menghilang. Bukan hanya sekedar belajar di playgroup, gua pun di sana juga menemukan banyak pelajaran penting dalam kehidupan di antaranya lo harus memiliki mental yang kuat sejak kecil sehingga lo tidak akan mudah terpengaruh oleh orang lain khususnya agama dalam pembahasan gua di atas, walaupun gua sempet sesat karena pernah minta pohon natal ke bapak gua. Jangan lupa untuk tidak takut selama lo tidak salah. Oh iya, dan tertawalah bahagia ketika orang yang melakukan kejahatan kepada lo telah menangis karena penyesalan.  :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar